Senin, 05 Mei 2008

SANG PEMIMPI

Ini adalah buku kedua dari tetraloginya Andrea Hirata. Ending yang sangat mengesankan, hmm.. aku suka. Alurnya bagus, menarik. Tema cerita yang sederhana tapi terbungkus kalimat-kalimat yang wow penuh makna. Tapi sayangnya ini kurang ada sinergi dengan buku pertama, yang namanya tetralogi kan ada 4 buku, harusnya seh ada kesinambungan yang bagus. Memang, Laskar Pelangi masih sedikit disebut-sebut, tapi belum mewakili kesinambungan yang bagus. Berhubung sudah terbuai sosok Arai, Ikal dan Jimbron. So finally ga masalh lah. PAsti novelnya sangat berkesan dan begitu menggugah.

“3 Seorang pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan Maen. Disinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal, salah satu dari anggota Laskar Pelangi, Arai, saudara sepupu Arai yang sudah yatim piatus ejak SD dan tinggal di ruamh Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah danIbu Ikal. Dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.

Arai dan Ikal begitu pintar dalam sekolahnya, sednagkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa aja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arrai selalu menjadi 5 3 besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arrai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan study ke SArbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Beia, guru seninya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras, menjadi kuli ngambat mulai pukul 2 pagi sampai jam 7 dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabundemi mewujudkan impiannya. Ya, meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk samapi kesana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.

Setelah selesai SMA, Ari dan Ikal merantai ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jombron lebih emmilih untuk menjadi pekerja di ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal spai di Perancis, maka jiwa Jimbronpun akan selalu ebrsama mereka. Berbula-bulan terkatung0katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal ketrima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke kAlimantanTahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. DAn setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.

Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujia begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun ahanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang amsih bekerja sebagai Tukang Sortir, tulsiannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selai, siap yang menyangka. KEjutan yang luar biasa. Warai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalams uatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudha direncanaknnya bertahun-thaun. TErnyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Bilogi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal Risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori baru.

Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke BElitong. Dan ketika ada surat datang, merka berdebar-debar membuka isinya. PEngumuman peberima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Sangat ingin emmbuka kabar tu bersama orang yang sanagt dia rikan. Kegelisahan dimulai. Tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Akhirnya Ikal ketrima di Perhuruan tinggi, Sarbone PErnacis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, Subhannallah, inilah jawaban dari mimpi2 mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Disinilah perjuanagan dari mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.

Waw, seru banget deh bacanya.aasampe terharu dan pengen netesi air mata.



SALMA: Novel tentang Cinta Terlarang, Kehormatan, dan Pengasinga





Judul : SALMA (Novel tentang Cinta Terlarang, Kehormatan, dan Pengasingan)
Penulis : Fadia Faqir
Kategori serial : AlvabetSastra
Penerjemah : Arfan Achyar
Editor : Aisyah
Ukuran : 12,5 x 20 cm
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-979-3064-52-9
Harga : Rp. 39.900,-

***

“Pembaca akan tersentak oleh kehidupan Salma yang terus bergerak menuju klimaks. Sangat dianjurkan untuk dijadikan koleksi sastra.”—Andrea Kempf, Library Journal

“Tulisan yang sangat indah, penuh humor dan wawasan sosial…”—Leila Aboulela, penulis The Minaret

“Kemampuan menulis yang mengendap dalam diri Fadia Faqir terpancar jelas dalam keseluruhan isi novel ini.”—Sally Bland, The Jordan Times

“Faqir menguraikan isu-isu tentang kesadaran ganda di era post-kolonial. Buku ini adalah karya investigasi atas pengalaman lintas-kultural dari seorang Levant.”—Yousef M.I. Awad, www.amazon.co.uk

“Salma adalah tokoh yang tak terlupakan, hangat dan penuh kasih sayang… Setelah tuntas membaca novel ini, aku merindukannya.”—Maggie Gee, penulis The White Family, nominator Orange Prize

“Dengan mahir Faqir menjalin setiap helai benang kehidupan Salma, dan mengikuti lika-likunya yang penuh derita menuju tempat suaka, menuju pribadi dan kehidupan dewasanya.”—Publishers Weekly

“Sebuah kisah luar biasa dan teramat indah tentang tradisi represif yang masih berlaku hingga kini.”—Deborah Donovan, Booklist

“Sebuah kisah pilu yang dituturkan dengan iba dan kehalusan rasa. Setiap halaman adalah masa lalu yang mengejar ketinggalan dari masa kini saat tak ada akhir bagi tragedi.”—Farzana Hassan, penulis Islam,Women, and the Challenges of Today

***

Lantaran hamil di luar nikah, Salma didakwa melanggar adat Badui di desanya di Levant, sebuah kawasan luas di Timur Tengah. Demi memulihkan kehormatan Badui, dia lalu dijatuhi hukuman mati. Selama sekian tahun, Salma ditahan di penjara dan terpisah dari bayinya. Hingga suatu saat, sebuah kesempatan memuluskan usahanya kabur hingga ke Inggris.

Di negeri Ratu Elizabeth itu, Salma berusaha bertahan hidup sebagai imigran. Meski akhirnya ia hidup tenang bersama seorang lelaki Inggris yang jadi pelabuhan cintanya, tetapi jauh di lubuk kalbunya, tangisan bayi perempuannya terus menggema. Tak kuasa menahan perasaannya, Salma pun memilih kembali ke desa untuk menemui putrinya, sebuah keputusan yang akan merubah segalanya.

Perjalanan Salma hengkang dari kampungnya di Levant menuju Inggris—melewati biara di Lebanon, singgah di pusat penahanan Inggris, mukim di markas Quaker di Branscombe, mondok di asrama pencari suaka di Exeter—hingga kembali lagi ke desanya sarat dengan ketakutan dan keterasingan, juga kelucuan. Pengembaraan itu dilukiskan Fadia Faqir bagai kehidupan orang buangan yang tak menentu dan penuh ketersiksaan. Menariknya, Faqir juga merekam perjumpaan lintas kultural yang memantul dari pengalaman Salma di pengasingan.

***

Fadia Faqir adalah seorang cendekiawan independen dan pembela HAM, terutama hak kaum perempuan di dunia Arab. Ia termasuk Dewan Pengurus Al-Raida, jurnal perempuan terbitan Lebanese American University, Beirut. Pada 1990, penulis Jordania yang mukim di Inggris ini menyabet gelar doktor di bidang Penulisan Kreatif dan Kritis dari UniversityEast Anglia, Inggris. Karyanya, Pillars of Salt edisi Danish (Bahasa Skandinavia), menempati posisi runner up pada ALOA Literary Award 2001.

Cantik itu Luka

Cantik itu Luka
Gramedia Pustaka Utama, 2004
Penerbit Jendela, 2002

Eka Kurniawan, tampaknya sungguh-sungguh ingin menjadi seorang sastrawan. Setelah menerbitkan kumpulan cerpen dalam antologi Corat-coret di Toilet (1999), alumnus Fakultas Filsafat UGM ini tampaknya tak mau kepalang tanggung dengan merilis sebuah novel. Meski namanya belum begitu “terdengar” dalam belantara sastra, namun novel Cantik Itu Luka ini, begitu diluncurkan ke pasaran, tak berlebihan kalau membuat kalangan sastra sempat tercengang, kagum, dan bahkan hampir tak percaya.

Bagaimana tidak? Novel Cantik Itu Luka dengan tebal 517 halaman bisa dikatakan telah mencatat rekor baru dalam sejarah perjalanan novel Indonesia sebagai novel paling tebal yang dihasilkan sebagai karya perdana. Selain itu, lewat novel ini pengarang juga telah melakukan inovasi baru berkaitan dengan model estetika serta gaya penceritaan sebagai satu bentuk pemberontakan atas mainstream umum. Meski tak dipungkiri masih tampak kuatnya pengaruh dari realisme sosialis yang dikembangkan Pramoedya –sosok yang dikagumi dan sempat diangkat pengarang untuk sebuah skripsinya; Realisme Sosialis Pramoedya Ananta Toer, Suatu Tinjauan Filsafat Seni.

Seperti cerita yang dikembangkan dalam Corat-coret di Toilet, novel ini tak kehilangan gaya khas Eka Kurniawan yang lugas, lancar dan terkadang dengan sense of humor yang tinggi. Bahkan, dengan cukup realis, pembaca dibawa memasuki sejarah bangsa dengan berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi, sebuah potret buram sejarah Indonesia dari masa kolonialisme Jepang hingga pemberontakan PKI.

Lewat novel ini, Eka dengan cukup cerdas dan cerdik mengisahkan nasib anak manusia dalam gelombang sejarah bangsa. Ia telah menjadi korban kekuasaan dan kutukan karma. Lebih dari itu, lewat tokoh-tokohnya, ia juga mencecapkan renungan filosofis yang disematkan pada absurditas kecantikan yang bertengger di wajah perempuan. Tetapi dengan nada ironis, pengarang memaknai kecantikan tak lebih sebagai keindahan sekaligus keburukan (luka).

Novel ini mengisahkan seorang perempuan cantik keturunan Belanda bernama Dewi Ayu. Akibat kekejaman kolonialis Jepang, ia ditawan dan dijadikan pelacur. Tak ayal, kemenangan Jepang atas Belanda telah mengubah nasibnya menjadi amat tragis. Begitu usianya menginjak delapan belas tahun dan kemolekan tubuhnya telah merangsang libido tentara-tentara Jepang, jadilah ia “menu daging segar yang renyah untuk ditiduri”. Di kamp tentara Jepang itu, setidaknya ia telah jadi saksi adanya tindakan biadab tentara Jepang terhadap kaum perempuan. Ia baru bebas ketika Indonesia merdeka.

Meski sudah merdeka, kehidupan buram yang dilakoninya sebagai pelacur ternyata tak juga urung diakhiri. Ia masih melanjutkan kariernya sebagai penjaja tubuh di kota kelahirannya, Halimunda. Bahkan, berkat kecantikannya yang tak tertandingi, ia jadi pelacur idola yang diburu setiap lelaki hidung belang. Selama bertahun-tahun, karier itu dijalaninya hingga ia punya tiga anak gadis. Semua berwajah cantik. Akan tetapi, kecantikan ketiga anak itu tak ubahnya sebuah pisau bermata ganda. Pada satu sisi merupakan anugerah, pada sisi yang lain kehadiran tiga gadis cantik itu sebuah petaka. Sehingga, akibat kutukan dan dosa yang ditanggung Dewi Ayu, ketiga anaknya jadi janda semua. Suami-suami mereka mati mengenaskan.

Untuk itu, tatkala ia mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Tapi, anehnya, ia malah menamai anak keempatnya itu dengan si Cantik. Dia juga bersyukur karena banyak orang mencemooh kondisi anaknya yang wajahnya mirip monster itu. Karena dengan cemoohan itu diharapkan bisa menghilangkan kutukan yang diterimanya selama ini.

Meski buruk muka, si Cantik justru dicintai Krisan, yang tak lain keponakannya sendiri. Bagi Krisan –yang pernah patah hati–, cantik itu ternyata tak lebih sebuah luka. Sehingga tak ada bedanya mencintai si buruk atau si cantik.

Membaca novel ini, kita dibawa ke mana-mana. Hampir semua peristiwa yang dikisahkan ibarat sebuah kaca prisma, yang membiaskan semuanya bisa saling bertabrakan. Itu tak lain karena pengarang kurang cermat dan seolah-olah mau bercerita dengan kemauannya sendiri tanpa mempertimbangkan logika dan fakta sejarah. Tak heran, absurditas yang tak masuk akal seperti dijungkirbalikkan dalam kerangka estetika yang asal comot. Sehingga membuat pembaca bertanya-tanya. Misalnya tentang kebangkitan Dewi Ayu yang telah mati selama dua puluh satu tahun.

Kendati demikian, novel yang coba mengangkat setting sejarah kota Halimunda ini dengan rentetan peristiwa penting bangsa, tetap layak untuk mendapatkan apresiasi. Meski di dalamnya Eka juga mengumbar kata-kata jorok, setidaknya karya pertamanya yang cukup tebal dan membuat pembaca bisa lelah memelototi huruf-huruf yang kecil –dicetak dengan ukuran 10 karakter–, tampaknya masih memiliki kekuatan pada percikan pemikiran filosofis yang hendak dicecapkan pada pembaca, yakni absurditas sebuah kecantikan.


Kamis, 21 Februari 2008

Breakfast

swEetheArd,, i coOked up tHis spEcial breakfAst juSt for yoU with waRm thouGht,,,

swEet smiLe aNd seAsoned wiTh my wishes " Hope you hAve a gReat day"

gOOd morNing!!! havE a nicE dAy...,,,,

my_valentine's Day

wiTh lovE u Never feel aLonE....or lefT empTy,,
thEre iS alwAys the waRmth of tRanquiLity aNd welL-bEing.....
So, pleAse...takE my tRue love juSt foR u
ROSE Is excLusiueLy 4 a nice peRson Like you ,,
fRom an evEn niceR person likE me......